JALUR 7
YANG RIBET YANG MUMET
Siang itu udara panas menyengat saat aku beranjak keluar dari kamarku “hmm..
ga kerasa udah jam dua belas lagi” gumamku dalam hati sambil melirik kearah jam
yang sedari dulu setia nemplok di dinding,
kemudian berlalu menuju kamar mandi. Hari ini seperti biasa jadwal mengunjungi
anakku di pesantren.
Setelah mendapati badan segar ga pake lama aku pun mulai mengemasi
barang-barang yang hendak dibawa, ga ketinggalan benda “special request” anakku
yaitu netbooknya kumasukan juga kedalam tas. Tiba-tiba muncul sepupuku dari
balik pintu kamar “naaaah.. kebetulan kamu datang, mau nitip motor kaann!” seru
aku mendahului percakapan “iiihh kepedean.. orang aku mau pinjem charger HP kok”
jawab sepupuku menyeringai “ yah yah yah… PLIIIIISSSS” sambil pasang wajah
memelas mirip kucing dalam film SHREK “tar aku isiin deh full” sambil menyambar
kunci yang baru saja dia keluarkan dari saku jaketnya, tanpa berlama-lama aku
pun berlalu pergi.
Terik matahari mulai terasa memasuki pori-pori wajahku membuat
kecantikanku sedikit luntur … (hoeeeekkk ccuuiiihhh.. ) pede abis, bukan karena
kosmetik yang murah, tapi keringat yang mulai ga kompromi mengalir menyusuri
kening menuju pelipis. Jalanan macet penuh sesak kendaraan, belum lagi angkot
yang kalau brenti ga pake bilang-bilang, .. masa iya kalau mau brenti Oom
supirnya bilang ..WOOII.. GUE MAU MINGGIR WOOII.. heuu engga’ bangeett. Mendekati perempatan terlihat kendaraan saling
merapatkan diri, lampu lalu lintas masih berwarna merah. Radius seratus meter,
aku pun mulai berkonsentrasi mencari ruang kosong diantara sisi kiri kanan
mobil agar bisa nyalip kanan nyalip kiri nyari celah biar bisa sampe digaris
paling depan, Kejebak ditengah-tengah ? aah IDL.. ITU DERITA LO..
“TEEENN… TEEENNN…” suara klakson meramaikan suasana, satu persatu
kendaraan pun melesat pergi seperti semut yang ketauan sarangnya, berhamburan.
Memasuki halaman pesantren, aku berusaha mencari tempat untuk
memarkirkan sepeda motorku. Dari beranda
masjid terlihat anakku sudah setia menunggu “Mah… dibawa kan netbooknya?” tanya
anakku ga sabar sambil mengambil tas yang disimpan dibagian depan sepeda motor,
“ada didalam tas” jawabku “kakak potong rambut yaa?” aku balik bertanya sambil mengusap
kepala anakku, kali aja ada kutu lewat.
“Iya Ma.. kemaren pas lagi belajar, sama ustadz dari belakang langsung
di razia, soalnya udah agak panjang!” jawab anakku datar.
Dalam sekejap mata, aku dan anakku terhanyut dalam suasana. Tenang tapi ga
bikin jenuh, seru bercerita, curhat, ngobrol tentang pelajaran, ga lupa jajan mie
ayam langganan yang memang biasa mangkal di halaman pesantren.
Dua jam berlalu begitu cepat saatnya aku harus bergegas pulang.
Hari
menjelang maghrib, jalanan semakin penuh dengan hilir mudik kendaraan yang
berlomba untuk bisa lebih cepat pulang ke rumah.
Dari jauh lampu lalu lintas sudah mulai terlihat berwarna kuning tandanya..
akan berubah jadi warna merah dooong.. ga mungkin kan berubah jadi warna ungu
atau pink, nampak beberapa kendaraan makin menambah kecepatan terutama sepeda
motor yang merasa motornya GEDE dan beberapa angkot dengan alasan kejar
setoran. Hmm..aneh-aneh aja di kita mah.
Satu persatu kendaraan berhenti menunggu lampu berganti, lirik kiri
lirik kanan memperhatikan sekeliling sambil sesekali menatap angka yang tiap
detik berkurang menandakan saatnya lampu berubah hijau. Tanpa ragu lagi seperti
biasa, kendaraan berhamburan melesat pergi. Lampu-lampu nya menyala seperti
kunang-kunang yang beterbangan di kegelapan. Saling salip saling susul sudah
terbiasa, yang ga biasa sambil jalan sambil curhat dari motor yang satu ke
motor yang lainnya, asli ga kebayang.
Satu jam perjalanan menyisakan lelah, “huuh.. enak kali yaa pulang,
mandi aer anget” kataku dalam hati sambil memacu sepeda motor lebih cepat.
Satu hal yang aku syukuri dalam satu hari ini, aku masih diberi
kesempatan bertemu anakku, bersyukur sebab hari ini ga perlu berlama-lama dalam
angkot, bersyukur sebab aku cepat pulang, bersyukur sebab aku selamat sampe di
rumah, dan bersyukur aku pulang masih kebagian nasi goreng :D