Jumat, 14 September 2012

ANGKOTTER SEJATI

BERBURU DI PASAR BARU


Subuh sehabis sholat, buru-buru bergegas mencari baju kotor yang numpuk untuk di cuci, hhmm tumben-tumbenan pagi hari udah sakau kepengen nyuci.. pasti ada yang di nanti... ga lama kakakku muncul dari balik pintu.. (yang pasti gaya nya ga mirip cicak yang nemplok di pintu).. 
"Lho tumbeen pagi gini udah nyuci ?" tanya kakakku keheranan.. "Iya, mau ke Karapitan nih udah janjian pengen hunting bahan" kataku sambil terus memandangi banyaknya cucian.. "Ya sudah... nyuci sanaa.. ada deterjen nya tuh!" jawab kakaku dengan gaya bicara seperti iklan mie instan sambil berlalu pergi.
Setelah selesai mencuci, tiba giliran antre di kamar mandi.. hhmm.. sambil menunggu kosong warem-ming-ap dulu biar ga kedinginan, pergi melantai sambil membawa sapu..
Jam menunjukkan pukul 9 pagi, tanda aku harus bergegas pergi. Dengan berbekal rasa percaya diri, ku tancap gas motor sepupuku yang kupinjam menuju Karapitan dimana keponakanku berada, berbekal nekad aku melaju di tengah sibuknya kota Bandung yang makin siang makin terasa sesak dengan banyaknya kendaraan berlalu lalang.
diitt diitt.. kubunyikan klakson sambil dengan susah payah kuparkir motor di halaman toko kakakku, ga lama ponakan ku muncul sambil tersenyum riang, sebab hari ini moment pertama keluar bareng aku mengendarai motor, tapi duduknya ga di muka karena bukan mengendarai kuda.
Dengan diwarnai pembicaraan sengit dengan kakak iparku, akhirnya tiba juga saatnya pergi untuk berburu ke Pasar Baru.
Belum sempat mencari toko, tiba-tiba dibelokan jalan menuju jalan Suniaraja motorku diberhentikan Polisi yang kebetulan sedang mengadakan razia rutin, "Priiiitt... " polisi itu dengan terengah-engah meniup pluitnya dan menyuruhku memarkirkan motor.
"Selamat siang Bu, boleh mengganggu sebentar?" sapa Pak Polisi setengah baya (sebetulnya udah tua sih).. dengan senyum diwarnai perasaan kaget aku balik menyapa "selamat siang Bapak, bapak tau aja kalo aku mau lewat" kataku terpaksa ramah hehe...  
"Boleh lihat STNK nya Bu,!" lanjut Pa Polisi.. "Dengan senang hati Bapak, saya kan baik hati dan tidak sombong" kataku sambil nyengir jemur gigi..
"SIM nya boleh dilihat juga Bu?" tanya Pa Polisi lagi, dengan perasaan nekat, kuberikan juga SIM ku yang sudah lewat dua bulan masa tayang.. walhasil, Pa polisi membawaku ke emperan toko untuk menulis surat tilang. Ponakanku ngedip-ngedip seperti kelilipan memberikan kode tanda ga ngerti..
"Jadi gimana nih Tan..? tanya ponakanku, "yaa ga gimana-gimana.. udaaahh serahkan saja semuanya pada Yang Maha Kuasa" jawabku lebay..
berunding dulu ah..
Dengan wajah memelas berlinang air mata (kebiasaan lama tak terelakan) aku pasang muka menyedihkan (hoek cuiihh) "Pa, tolonglah diriku Pa, ga usah pake surat tilang segala ya Paa, pliiiss !" segala jurus untuk memikat Pa Polisi aku kerahkan.. namun Pa polisi itu tidak bergeming seperti dalam gerakan di dunia persilatan ..semua jurus sudah dikeluarkan, namun akhirnya jurus pamungkaslah yang meluluhkan hati Pa Polisi.
Tibalah aku dan ponakanku di Pasar Baru, mencari-cari tempat parkir yang nyaman agar kendaraanku bisa beristirahat dengan nyaman.
Berjalan disepanjang pertokoan keluar masuk menanyakan barang yang dicari, panas terik ga kerasa (karena ada didalam pasar hehe). Dengan perjuangan panjang, selesai juga berburu walaupun harus sedikit menunggu, taadaaa...  barangpun siap dibawa pulang.
Melintas di kawasan pertokoan jalan Otto Iskandardinata, aku dan ponakanku mampir di toko bahan untuk membuat pernak-pernik,  penuh berdesak-desakan  tapi tak menyurutkan semangat, teringat selalu yell-yell yang diteriakan anakku "Cemungudd kakak ea ea.." akhirnya berhasil juga melewati kasir yang sudah sedari tadi berdiri menunggu dengan setia.
Setelah urusanku dengan Abang tukang Parkir selesai, kemudian aku dan ponakanku pergi meninggalkan kawasan pertokoan tanpa jejak, rasa haus dan lapar tidak terasa lagi (karena memang baru saja selesai makan ). 
Menjelang sore setelah bersusah payah mencari cat akrilik, akhirnya aku bergegas pulang menuju tempat tinggalku tercinta, dengan bercampur bau keringat dan debu, aku memacu sepeda motorku layaknya Valentino Rossi pergi ke pasar (hehe itu mah sarimin yah)(Yukawira)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar